Wednesday, October 15, 2025

“FFS 2025: Saat Siswa-Siswi SMA Berubah Jadi Sutradara Hebat!”

Jakarta — Festival Film Sosiologi (FFS) kembali digelar sebagai agenda tahunan Departemen Kominfo BEMP Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tahun ini, ajang bergengsi tersebut berlangsung pada Jumat, 10 Oktober 2025, di Gedung Ki Hajar Dewantara lantai 9, UNJ, dan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia.


Dewan juri berfoto bersama para pemenang

Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa-siswi SMA sederajat dalam memproduksi film pendek bertema sosial. FFS 2025 menghadirkan tiga juri dari berbagai latar belakang profesional, yakni Nur Syafitri, S.I.Kom (SMK Taruna Bhakti), Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom (Dekan Vokasi IMDE), dan Devi Septiandini, M.Pd (Dosen Pendidikan Sosiologi UNJ).

Menurut Dr. Rusfadia Saktiyanti Jahja, M.Si., Koordinator Program Studi Sosiologi UNJ, festival ini menjadi wadah positif bagi generasi muda untuk berpikir kritis dan berkreasi melalui media film.

“Kegiatan seperti ini sangat relevan dengan karakter anak muda masa kini yang dekat dengan dunia film dan digital. Harapannya, semakin banyak siswa yang berpartisipasi di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.

baca juga 

Lewat karya film yang dihasilkan, peserta diharapkan mampu menggugah kesadaran penonton terhadap isu pendidikan, literasi digital, dan kepedulian lingkungan, serta mendorong lahirnya solusi atas berbagai persoalan sosial di sekitar mereka.


Dewan juri sedang melakukan penilaian

Selaku ketua pelaksana, Chayara mengungkapkan rasa bangganya atas suksesnya penyelenggaraan acara tahun ini. Sementara itu, Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom, yang bertindak sebagai juri sinematografi dan editing, menyampaikan apresiasinya terhadap kualitas karya peserta.

“Banyak film yang sudah bagus secara visual dan menarik dalam pengeditannya. Semoga para peserta terus belajar dan berlatih agar karya mereka semakin berkualitas di masa depan,” ungkapnya.

Dengan mengusung tema isu pendidikan, FFS 2025 menayangkan tujuh film terbaik hasil karya orisinal peserta. Pemutaran film tersebut tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi sarana inspirasi dan refleksi sosial bagi masyarakat terhadap kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. (teg)


0 Comments:

Post a Comment